Pentingnya Data-Driven Content untuk Profesi Content Writer

Gandis Octya Prihartini (27) Digital Marketer, Penulis Buku Antologi 'Past Love, Future Love' (2016), oleh Penerbit Hanami, dan lebih banyak menulis di Kompasiana dan PeranPerempuan.Id. (dok. Istimewa)

Bicara Digital Marketing cakupannya memang sangat luas. Sederhananya, ada dua aspek yaitu teori dan praktik. Teori mengacu ke mobile measurement, yaitu yang berkaitan langsung dengan IT. Sementara praktik mengacu kepada penulisan. Nah, untuk menghasilkan tulisan yang unik dan menarik seorang Content Writer harus memahami dahulu Data-Driven Content.

JPI Class On The Moon pada Senin (28/07) pukul 13.30 WIB kembali membuka kelas sharing yang diadakan di grup whatsapp JPI. Kali ini JPI (Jaringan Penulis Indonesia) menghadirkan Gandis Octya Prihantanti sebagai mentor. Gandis yang merupakan seorang Digital Marketer di salah satu agensi iklan ini menguak dari sisi penulisan di Digital Marketing dengan mengusung tema “How to Create a Data-Driven Content?”. Lantas apa sih pentingnya Data-Driven Content untuk Profesi Content Writer?.

Alasan Gandis mengangkat tema tersebut, sangat sederhana. Ia menyebut, untuk membuat sebuah konten diperlukan data. Oleh karena itu, seorang penulis harus mengerti bagaimana konten itu dibangun dengan jenis data yang ada, serta bagaimana cara mendapatkannya. Jadi, materi tersebut bersifat fundamental atau mendasar.

Acuan Dasar Membuat Konten

“Dalam membangun sebuah konten, acuan paling mendasar adalah formula PAS yang dicetuskan oleh Dan Kenedy. P = Problem, A = Agitate, S = Solution. Jadi, temukanlah masalah yang ada, sehingga membuat masyarakat gelisah. Kemudian, tawarkan solusi lewat produkmu,” papar Gandis yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa ini.

Lebih lanjut ia menuturkan, alasan lainnya mengapa tema “Data-Driven Content” ini penting, karena ada perbedaan antara Content Writer dan Copywriter. Ia menjelaskan, profesi Content Writer bertugas untuk menulis informasi dalam bentuk artikel untuk mengedukasi atau menghibur. Tujuan utamanya, untuk menginformasikan dan format tulisannya panjang. Biasanya menulis untuk blog, surat, artikel, media sosial, dan email. Dan yang tak kalah penting adalah melakukan penelitian topik sebelum menulis.

Sementara itu, Gandys mengungkapkan tugas Copywriter adalah untuk membantu menjual produk ke calon pembeli, tujuan utamanya persuasi. Format penulisan pendek, menulis untuk iklan, slogan, landing page, dan promosi dan melakukan analisis terhadap kebutuhan klien sebelum menulis.

“Perbedaan mencolok antara keduanya adalah kontribusi jangka lama dan pendek. Lalu, berkaitan juga dengan penulisan topik tertentu sesuai high volume keyword,” jelasnya.

Lantas timbul pertanyaan, Apakah Content Writer bisa melakukan promosi juga? Dengan lugas Gandis menjawab tentu bisa. Perempuan peraih gelar S2 Linguistik penerjemahan ini mengatakan, format kepenulisannya tetap, tetapi dilakukan secara soft-selling dengan bantuan link building strategy dan CTA (Call to Action). Atau bisa juga dengan konten afiliasi dengan pihak tertentu.

Cara Membuat Data-Driven Content

Namun, bagaimana cara membuat Data-Driven Content? Berikut Gandis memaparkannya. Sebelumnya, pahami terlebih dahulu karakteristiknya:

  • 1.       Menjawab Pertanyaan
  • 2.       Mempunyai Analisis
  • 3.       Menyajikan Insightful Knowledge

Ketiga point di atas tersebut penting, karena dapat membantu customer untuk mengetahui informasi unik pada sebuah produk.

Membangun Data-Driven Content

Dalam membangun Data-Driven Content, Gandys menyebut ada tiga aspek, yaitu:

  • 1.      Brand Element: Pahami produkmu, sehingga akan lebih mudah membuat support topic.
  • 2.   Newsworthly Element: Prominance, impact, timelines, proximity, unsual, human interest. Cukup pilih salah satu untuk menentukan value tulisan.
  • 3. Data Credibility: Usahakan mencari sumber terpercaya yang memang telah dibuktikan melalui penelitian, sehingga tidak akan menimbulkan bias.

Kemudian, Gandis pun menjelaskan tentang Scraper. Fungsinya untuk mengekstrasi data dari kompetitor misalnya jumlah followers. Hal itu bisa dilakukan manual dengan tools atau melalui koding dengan bantuan ahli. Kapan penggunannya? Sesuaikan dengan skala usaha besar atau kecil.

Mengembangkan Data-Driven Content

Gandis menyebut, setidaknya ada 5 langkah untuk mengembangkan Data-Driven Content. Yaitu: Content Planning menggunakan Social Listening Tools atau biasa dikenal dengan SEO, Data Collection, Crafting Stiry, Writing or Visualizing, dan Reviewing.

“Nah, dari beberapa social listening tools yang ada, yang paling menarik adalah Exploding Topics. Karena topik yang ada di sini akan tren sepanjang masa. Lalu, Google Alerts. Kita bisa subscribe untuk mendapatkan tren teranyar. Sehingga memudahkan dalam memilih topik yang akan ditulis,” terangnya.

Sebelum berlanjut ke sesi tanya jawab dalam JPI Class On The Moon kali ini, Gandis menambahkan ada enam jenis headline, headline utama (H1) yang kece. H2 adalah sub judul, lalu H3 adalah meta deskripsi. Deskripsi singkat di bawah situs ketika membuka Google. Adapun jenis headline antara lain: curiosity headline, benefit headline, command headline, asking headline, fear headline, dan selective headline.

Penulis: Titis Ayu W.

Posting Komentar untuk "Pentingnya Data-Driven Content untuk Profesi Content Writer"